Ngawi, Metro Jatim;
Dinas Pariwisata, Budaya Pemuda dan Olah Raga selaku leading sektor Pemerintah Kabupaten Ngawi menggelar upacara adat Jamasan Pusaka di Pendopo Wedya Graha, Senin (6/7/2020). Jamasan pusaka merupakan kegiatan rutin tahunan Pemkab Ngawi. Ritual jamasan atau mencuci pusaka tersebut merupakan rangkaian peringatan hari jadi Kabupaten Ngawi ke 662 tahun.
Prosesi jamasan ini diawali dengan sajian tari serimpi, kemudian dilanjutkan mundhut dan lolos pusoko Kyai Singkir dan Songsong Tunggul Wulung oleh Bupati Ngawi, sedangkan Kyai Songgo Langit serta Songsong Tunggul Warono oleh Wabup Ngawi. Selanjutnya diserahkan kepada pangasto pusoko lalu diboyong medhal diikuti iringan jajaran Forkompinda menuju kuncungan Pendopo Wedya Graha.
Saat prosesi pencucian (jamasan) diiringi rerepan gending Jamasan Pusoko, kemudian begitu selesai dikembalikan ke gedung pusaka. Jamasan pusaka tombak Kyai Singkir dan tombak Kyai Songgolangit serta dua Payung Tunggul Wulung dan payung Tunggul Warono tersebut dilakukan oleh sesepuh Pemkab Ngawi dari Paguyuban Permadani.
Upacara jamasan pusaka tersebut dipimpin langsung oleh Bupati Ngawi Ir. H. Budi Sulistyono dan didampingi Wakil Bupati Ony Anwar Harsono S.T., M.H. Dan diikuti sekretaris Daerah Kabupaten Ngawi Drs. Mokh. Sodiq Triwidiyanto M.Si., ketua DPRD Ngawi Dwi Rianto Jatmiko serta tamu undangan dari Pimpinan Forpimda Kabupaten Ngawi, kepala OPD, Camat se-Kab Ngawi dan sesepuh Pemkab Ngawi dan tokoh masyarakat Ngawi yang turut diundang sejumlah kurang lebih 80 orang. Yang mengikuti Jamasan Pusaka tersebut seluruhnya mengenakan pakaian adat Jawa.
Prosesi Jasmasan Pusaka kali ini digelar cukup sederhana ditengah pandemi covid-19. Sebelum acara dimulai memasuki Pendopo Wedya Graha, para tamu undangan yang mengikuti jalannya upacara tersebut dilakukan pemeriksaan suhu tubuh, diwajibkan memakai sarung tangan serta menggunakan face shield dan masker. Hal ini dilaksanakan untuk tetap mengacu pada protokol kesehatan. Karena dilaksanakan dintengah pandemi covid-19, banyak acara yang ditiadakan, seperti ziarah ke makam maupun upacara peringatan hari jadi Kabupaten Ngawi yang biasa dilaksanakan setiap tanggal 7 Juli di halaman pemkab Ngawi.
Bupati Ngawi Ir. Budi Sulistyono berpendapat, "Prosesi jamasan pusaka merupakan tradisi kegiatan mencuci pusakabsebagai cara merawat serta menghargai peninggalan nenek moyang yang diwariskan kepada penerusnya. Jamasan Pusaka merupakan kegiatan rutin tahunan Pemerintah Kabupaten Ngawi yang dilaksanakan bertepatan pada hari jadi Ngawi yang jatuh setiap 7 juli. Ini merupakan wujud syukur kita dalam pelestarian budaya peninggalan pendahulu atau nenek moyang kita," ucapnya.
"Dalam situasi pandemi Covid-19, prosesi kali ini digelar berbeda dari tahun sebelumnya. Kita tetap menggelar acara sakral ini sebagai pengingat sejarah, namun kali ini kita lakukan dengan penerapan protokol kesehatan dan dipantau cukup ketat, seperti memakai masker, sarung tangan dan jaga jarak. Yang penting di Hari Jadi Kabupaten Ngawi ke 662 ini kita semua terus berbenah untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat, kerukunan dan kebersamaan tetap terus dijaga, serta pembangunan terus kita upayakan agar merata di semua lini serta kesejahteraan masyarakat terus kita tingkatkan," pungkasnya.
Selain itu, “Mbah Kung” sapaan akrabnya juga menyampaikan bahwa ditengah pandemi Corona ini, kegiatan rangkaian Hari Jadi tahun ini dibatasi karena menghindari penyebaran Covid-19, “Jadi tahun ini, kita batasi yang berkaitan dengan kerumunan, seperti upacara hari jadi, ziarah makam leluhur dan kegiatan lainnya,” jelasnya. (adv) JM