Metro Jatim, Sidoarjo;
Berawal dari kekecewaan konsumen PT Indo Tata Graha, developer yang bangun perumahan di Bangah, Aloha Sidoarjo akan berbuntut panjang. Pasalnya salah satu konsumennya merasa dikecewakan.
"Saya merasa dibikin pusing dan bertele-tele atas pelaksanaan pembangunan rumah yang saya pesan. Saya ini beli rumah tidak hanya sekali saja. Tapi baru kali ini tenaga dan pikiran saya curahkan," ucap Nuning dengan nada kesal, Rabu (1/4/2020) siang.
"Di perumahan ini terlalu bertele-tele, padahal saya belinya secara kas dan masih kurang 39 juta dari total harga rumah 600 juta. Saya kecewa sekali, saya sama suami sudah datang ke kantor menanyakan hal ini. Kepada siapa lagi saya minta tolong untuk menyelesaikan masalah ini. Kalau tidak saya minta uang saya kembali saja plus Ya otomatis kerugian material dong.. Ini sudah hampir setahun," ucapnya.
Tambahnya, "Targetnya kan 18/4/2020 sudah selesai tapi ternyata kondisi bangunannya masih kayak begini apa bisa selesai," bebernya.
Sementara itu Wisnu Widiyarto, dari CV. Dharma Bhakti menjelaskan pada awak media, "Bangunan itu selesai masih sekitar 50%, saya nagih pembayaran ke kantor 123 juta hanya dicairkan 50 juta saja, kemudian dua minggu kemudian saya dicairkan 25 juta. Lha saya sudah mulai kehabisan uang untuk membayar anak-anak dan mandor," terangnya, Rabu (1/4/2020).
"Selanjutnya saya nagih ke kantor 35 juta terus ditahan sama kantor dan tidak dicairkan dengan alasan uang yang sudah masuk untuk pengembalian DP nya 8 unit yang di take overkan. Lha ini dampaknya saya jadi tertunda," ujarnya.
Masih menurut Wisnu, "Biar pembangunan segera jalan kembali saya terpaksa harus pinjam ke Koperasi sebagai dana talangan. Untuk itu saya minta ke perusahaan jangan dipotong dululah, karena akan saya pakai mengejar untuk menyelesaikan," tegasnya.
Wisnu juga menjelaskan, "Bahwa Developernya yakni PT. Indo Tata Graha, sedang CV. Dharma Bhakti itu sebagai subcon. Jadi intinya, karena pembayarannya susah nagihnya. Yang pertama dari pengajuan itu maksimal 14 hari pembayaran harus cair, tapi belakangan sampai satu bulan belum cair. Kalau cairpun dibayar beberapa kali sehingga untuk proses dilapangan terhambat. Lagian cairan ketiga itu dipotong yang akhirnya lapangan terhenti, karena tidak ada material, untuk beli material, untuk bayar tenaga atau mandor tidak ada," ujarnya.
"Sebagai subcon saya keberatan, harapan saya itu, Mbok iyao Proyek Manager jangan mempersulit untuk pembayaran, masalahnya proses pembayaran kan dia yang tanda tangan diprogres untuk kwitansi pencairan," bebernya.
Saat awak media menghubungi Bos PT. Indo Tata Graha, Dadang hidayat lewat whatsapp nya di no hp 081.354.301.XXX, hanya membalas singkat, "Coba saya cek," pungkasnya.
(bersambung)
(RUDY)