Kediri, Metro Jatim;
Jaranan atau Kuda Lumping merupakan kesenian tradisional asli Kediri yang hingga saat ini masih digandrungi oleh warga masyarakat. Sayangnya, keberadaan kesenian tersebut kurang mendapat dukungan dari Pemerintah Kabupaten Kediri, sehingga banyak pelaku Kesenian Jaranan yang mencari dukungan dari pihak lain.
Seperti saat pentas Turonggo Joyo Saputro, pimpinan Bopo Jumanianto, di Desa Sukoharjo, Kecamatan Kayen Kidul, Kabupaten Kediri, yang digelar di depan SMPN 1 Kayen Kidul, Minggu (24/11), dihadiri oleh Anggota DPRD Kabupaten Kediri dari Fraksi Partai NasDem, Khusnul Arif, S.Sos untuk memberikan semangat dan dukungan kepada para penggiat Kesenian Jaranan.
Selain itu, Dra. Sri Rahayu, Wakil Ketua Komisi IX DPR RI juga tampak hadir bersama Ketua DPRD Kabupaten Kediri, Dodi Purwanto, di tengah-tengah pagelaran Jaranan tersebut. Dalam kesempatan itu wakil rakyat dari PDI Perjuangan ini memberikan dua set alat musik gamelan kepada dua grup Jaranan.
Kedua grup penerima gamelan Pelok Slendro ini adalah, grup Turonggo Garuda Sakti pimpinan Bopo Santoso dari Desa Bangsongan, Kecamatan Kayen Kidul, dan Turonggo Djati Mulyo Mudo pimpinan Suwoko, dari Desa Jagung, Kecamatan Pagu.
Dalam sambutannya, Dra. Sri Rahayu menyampaikan, kesenian Jaranan merupakan icon daerah Kediri, makanya perlu dilestarikan agar tetap menjadi kebanggaan warga.
“Saya turut bangga kepada masyarakat Kediri yang terus mau melestarikan kesenian Jaranan. Karena ini merupakan potensi karya seni budaya yang paling menonjol di antara kesenian bidang lainnya,” katanya.
Ditambahkannya, alasan beliau datang ke Kediri ini karena ingin melihat pagelaran kesenian Jaranan tersebut. “Dalam kesempatan ini saya memberikan bantuan dua set gamelan Pelok Slendro kepada dua kelompok. Saya berharap mereka terus berinovasi dalam melestarikan kesenian adiluhung ini. Insya Alloh nanti tahun 2020, saya akan memberikan bantuan kepada grup Jaranan lainnya,” tutur Sri Rahayu.
Politisi PDI Perjuangan ini berharap, semangat pelaku seni terus menyala dan diapresiasi oleh masyarakat luas. “Apapun isi dari pertunjukkan tersebut, hanya untuk menghibur tanpa ada maksud apapun. Mari kita melestarikan budaya daerah ini meskipun sedang berada di perantauan sekalipun. Jangan sampai kesenian asli Indonesia diklaim oleh negara lain,” himbaunya. (Gus/Doni)