Bojonegoro, Metro Jatim;
Dengan diresmikannnya tugu Sedulur Sikep Samin di pertigaan Desa Margomulyo yang menuju Desa Kalangan Kecamatan Margomulyo Kabupaten Bojonegoro dan Dusun Jipang Desa Margomulyo Kecamatan Margomulyo Kabupaten Bojonegoro menandakan bahwa Sedulur Sikep Samin tidak identik dengan asal mulanya yaitu daerah Blora.
Jika ada yang tanya Apakah sikep samin berasal dari Blora? tentu jawabannya juga tidak. Karena sedulur dikep samin berkembang hingga sekarang di beberapa kabupaten sekitar wilayah Blora. Seperti Bojonegoro, Ngawi (Jatim) Pati Kudus Grobogan (Jateng).
Peresmian tugu Sedulur Siikep Samin oleh Bupati Bojonegoro di Desa Margomulyo Kecamatan Margomulyo Kabupaten Bojonegoro. Bisa dibilang sikep samin sudah berkembang di beberapa kabupaten, meski banyak pro dan kontra di kalangan masyarakat. Namun dengan diresmikannya monumen tugu sikep samin tersebut seolah-olah sedulur sikep samin milik masyarakat Bojonegoro.
Sedangkan di Blora sendiri yang mengklaim bumi sikep samin, terbukti tugu samin nyaris tidak Nampak di ruang sudut publik. Sekarang terkait prasasti tugu sedulur sikep samin Nampak di Bojonegoro merupakan ide berlian sekaligus kreatif.
Kalau ada perdebatan soal Kabupaten mana yang layak mengklaim sedulur sikep samin hanyalah membuang energi saja. Yang perlu kita ketahui siapakah sebenarnya tokoh Sedulur Sikep Samin?
Menurut keterangan dari beberapa sedulur sikep samin yang ada di Dusun Jipang, menyebutkan bahwa namanya adalah Suro Sentiko konon kabarnya pejuang kemerdekaan, yang sekarang makamnya di di Kabupaten Sawah Lunto Propinsi Sumatera Barat, jadi yang masih ada sekarang merupakan keturunan ketiga atau keempat bahkan sampai ada yang keturunan ketujuh. Terus siapa yang berdomisili di Dusun Jipang? Tentu saja jawabnnya Mbah Harjo Kardi merupakan cucu Suro Sentiko atau masih merupakan keturunan ketiga.
Di era milenial ini memang ajaran sedulur sikep samin patuh kita teladani bersama. Memang nilai – nilai ajaran tersebut cukup fantastis agar generasi sekarang bisa meniru atau mencontoh perilaku sehari – hari pitutur dari sikep samin, diantaranya kalau gak salah berbunyi : Laku jujur, sabar trokal lan nrimo, ojo dengki srehi, dahwen kemeren, ojo pek pinek barang liyan, ojo mbedakne sepodo, padane urip, kabeh iku sedulure dewe, ojo waton omong, omongo sing nganggo wotan, biso roso rumongso.
Kalau kita terjemahkan dengan bahasa sekarang artinya : laku jujur, apabila diperintah atasan harus patuh dan tidak pilih kasih harus sesuai dengan apa yang diperintahkan, sabar trokal lan narimo, apabila sedang di landa masalah harus sabar tidak tergesa – gesa dan kalau di kasih imbalan jasa / rezeki diterima dengan lapang dada. Ojo dengki srehi, jangan selalu benci atau mencari kesalahan orang lain. Dahwen kemeren, jangan selalu iri terhadap kepemilikan orang lain misalnya orang lain punya kambing saya harus punya sapi dan jangan prasangka yang negatif, misalnya uang dari mana ya dia bisa beli kambing dan sebagainya.
Ojo pek pinek barang liyan, jangan melakukan perbuatan yang tercela terutama mengambil atau mencuri barang atau harta benda orang lain yang bukan haknya. Ojo mbedakne sepodo padane urip, jangan membedakan sesama makhluk ciptaan Tuhan baik itu kaya miskin, petani Asn, buruh juragan (bos) dan sebagainya karena semua adalah saudara, termasuk ciptaan Tuhan yang lain berupa binatang dan tumbuh-tumbuhan.
Kabeh iku sedulur dewe, semua orang yang ada di dunia ini adalah saudara kita. Ojo waton omong, jangan asal bicara jadi kalau mau bicara dipikir dulu kira – kira kalau saya bicara seperti ini pantas/tidak ya? yang terakhir biso roso rumongso, bisa memahami perasaan orang lain, misalnya kita bersilaturahmi ke orang lain kok baru bicara sebentar tuan rumah. Bilang saya sebenarnya ada acara pak? kalimat seperti itu kita harus bisa memahami artinya kita di suruh segera meninggalkan tampat / pulang dan lain sebagainya. Jika kita bisa melakukan/menjalankan pitutur dari sikep samin insya Allah Negara kita bakal adil makmur, dan bangsa kita berkepribadian luhur. (Pri/Lin)