Ngawi, Metro Jatim;
Bertempat di Alun–alun Merdeka Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Ngawi menggelar pameran terpadu pencegahan stunting. Kegiatan itu dilaksanakan selama tiga hari yakni mulai Jum'at tanggal 06 s/d 08 September 2019, dengan mengambil tema “Cegah Stunting Itu Penting”.
Pameran terpadu gerakan masyarakat hidup sehat merupakan salah satu langkah yang sangat strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Ngawi mensosialisasikan inovasi pelayanan kesehatan di puskesmas secara umum dan secara khusus meningkatkan dalam mensosialisasikan program pencegahan stunting. Pameran terpadu tersebut banyak mengundang perhatian masyarakat untuk menyaksikan langsung. Ini terbukti dari ribuan pengunjung memadati lokasi pameran terpadu yang diselenggarakan Dinkes Ngawi.
Acara pameran terpadu Germas juga dihadiri Bupati Ngawi Ir.Budi Sulistyono, wakil Bupati Ngawi Ony Anwar Harsono, Sekda Kabupten Ngawi, pejabat forkompinda serta pejabat teras Pemkab Ngawi dan Kepala Puskesmas se-Kabupaten Ngawi.
Dr. Yudono mengatakan, "Kegiatan pameran yang diselenggarakan oleh Dinas Kesehatan merupakan peran serta Dinas Kesehatan Ngawi saat ini cukup besar dalam melaksanakan serta penanganan kesehatan masyarakat upaya pencegahan stunting secara terus menerus dan mudah dipahami masyarakat, kegiatan salah satunya melalui pameran terpadu. Presentasi Stunting di Kabupaten Ngawi bedasarkan hasil bulan timbang Februari tahun 2019 prosentase balita stunting di Kabupaten Ngawi 25,51%, sedangkan prosentase balita di Jawa Timur 25,0%. Jadi angka stunting di Kabupten Ngawi masih diatas angka propinsi, untuk mendukung pencegahannya dan Dinas Kesehatan akan memaksimalkan peran tenaga kesehatan dan kader posyandu untuk mengkomunikasikan pesan-pesan mendukung perubahan perilaku hidup sehat,” kata Yudono.
Bupati Ngawi Ir. Budi Sulistyono mengatakan, "Penyebab terjadinya risiko stunting adalah multifaktorial. Penyebab paling utama adalah kekurangan gizi kronis pada awal 1.000 hari pertama kehidupan yaitu sejak awal kehamilan (konsepsi) hingga anak berusia dua tahun. Kekurangan gizi dapat berupa kurangnya jumlah asupan makanan, atau kualitas makanan yang kurang baik, seperti kurangnya variasi makanan. Faktor lain yang turut berperan dalam risiko stunting antara lain kesehatan ibu selama kehamilan, pola asuh dan kesehatan anak atau kekerapan mengalami penyakit infeksi, kondisi sosio-ekonomi serta lingkungan. Penyakit infeksi dapat menurunkan penyerapan zat gizi dari usus, kehilangan zat gizi secara langsung (misalnya pada diare), dan peningkatan kebutuhan zat gizi untuk pemulihan sehingga zat gizi tidak dimanfaatkan untuk pertumbuhan,” ujar Kanang, sapaan akrab Bupati Ngawi. (JM)